Amsal 14:29
"Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi
siapa cepat marah membesarkan kebodohan"
Bacaan
Alkitab setahun: Mazmur 63; Markus 7; Bilangan 9-10
Aku duduk
di sana, membaca Alkitab, dan mencoba untuk tetap diam. Apa yang harus
kulakukan setelahnya memenuhi pikiranku dan aku segera membacanya. Aku mengintip
ke depan untuk melihat berapa panjang pasal yang akan saya baca ini. Ada 35
ayat lagi? Ugh. Aku memiliki banyak hal yang harus kulakukan, dan aku harus
membaca pasal selanjutnya setelah ini.
Renungan
pagiku adalah yang pertama kulakukan (setelah aku membuat secangkir teh dan
mengupas pisang). Aku membaca seluruh Alkitab setiap tahun dan pada pagi hari aku
membaca Keluaran 31-33, aku bergegas untuk menyelesaikannya.
Aku harus
melakukan treadmill, mencuci pakaian, berlari ke toko, bertemu dengan mitra
pertanggungjawabanku untuk makan siang, mencari tahu apa yang harus kubuat
untuk makan malam dan mendapatkan semua bahannya, dan memasaknya. Rencanaku terus
berjalan.
Dalam pasal-pasal
yang saya baca, kisah orang Israel yang menggerutu di Gunung
Sinai menuduh saya.
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa
mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni
Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan
berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar
dari tanah Mesir — kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
(Keluaran 32:1) (TB)
Kemudian aku
tersadar, ketidaksabaran orang-orang saat di Sinai
sama sepertiku. Aku duduk di hadapan Tuhan menggerutu dan bersikeras. Berhala
harianku adalah memeriksa daftar barang-barangku dan melewatkan waktuku yang
berharga bersama-Nya.
Saat
menyadari itu, aku berhenti sejenak untuk mengakui dosaku dan meminta
pengampunan Tuhan atas sikapku yang terburu-buru. Dan aku meminta Dia untuk
membuka mataku terhadap semua yang Dia ingin katakan atasku dan mengajariku melalui
Firman-Nya.
Tidak ada
gunanya bersikap tidak sabar dengan Tuhan. Setiap kali kita mencoba untuk
mempercepat tindakan atau reaksi-Nya atau reaksi kita, kita mengejar dewa-dewa
lain, berhala lainnya utnuk membuat diri kita merasa lebih baik tentang siapa
kita.
Jadi,
walaupun kita mengetahui tentang Tuhan, terkadang kita tetap kaku, sama seperti
orang Israel pada masa mereka di padang belantara. Namun Tuhan menjawab
permohonan pendoa syafaat mereka, Musa, dan tidak membinasakan mereka semua. Dia
menyelamatkan beberapa. Kemuliaan dan janji-Nya ditunjukkan, bahkan melalui
dosa ketidaksetiaan mereka.
Pagi itu,
aku membuat diriku sendikit lambat dan melihat dengan hati-hati bagaimana Tuhan
menyingkapkan dosa besar orang Israel. Orang-orang mengira bahwa Musa telah
melupakan mereka, dan bahwa penundaan itu menyebabkan mereka membuat berhala
mereka sendiri untuk disembah.
Mereka
mengetahui dia bersama Tuhan di gunung, tapi mereka menginginkan Musa, pemimpin
mereka yang kelihatan, dan mereka menginginkannya segera. Apakah mereka begitu
cepat melupakan apa yang telah dilakukan Allah? Apakah mereka menjadikan Musa sebagai
berhala mereka?
Tuhan
menyelamatkan mereka dari kuk perbudakan Mesir mereka, dan setelah tiga bulan
di padang belantara (aman dari penindas mereka), mereka bersungut-sungut kepada
Musa tentang meninggalkan Mesir dan sumber dayanya ("Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar
apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang
putih.") Bilangan 11:5.
Tuhan baru
saja memberi mereka perintah-perintah-Nya secara terperinci dan menjanjikan
mereka penaklukan masa depan mereka atas Kanaan, Tanah Perjanjian. Mereka tidak
tahu atau datang untuk mengerti ujian iman mereka. Mereka tidak tahu bahwa
waktu mereka untuk berkeliaran adalah 40 tahun — 40 tahun menggerutu tak sabar.
Puji Tuhan Musa
menjadi perantara bagi mereka, meskipun tidak semuanya selamat. Sebenarnya,
semua yang meninggalkan Mesir berusia 20 tahun ke atas, kecuali Yosua dan
Kaleb, binasa sebelum mencapai Tanah Perjanjian.
Yosua dan
Kaleb menunjukkan iman kepada Tuhan dan mempercayai janji-Nya untuk memimpin mereka
dalam menyalip penduduk negeri yang akan mereka tinggali. Tuhan membalas
kesetiaan Yosua dan Kaleb yang sabar, tetapi untuk orang yang tidak setia, Ia berkata, "Tetapi
mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini," (Bilangan
14:32).
Ketika aku
membaca ulang bagian-bagian itu, aku berterima kasih kepada Tuhan karena
memperlambat langkaku. Dia memberiku kesempatan untuk merenung dan belajar.
Jika Yosua dan Kaleb mendapatkan hadiah sebesar itu atas kesabaran mereka
selama ujian 40 tahun Israel di padang belantara, bagaimana mungkin 40 menit
membaca tidak menguntungkan saya?